Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Aku Baik-Baik Saja di Lingkungan Toxic, Kamu juga Harus Bisa!

 

Mental Health - Madison Inouye | Photo by Pexels

Pernahkah kamu merasa tidak ada lagi yang menyayangimu di dunia ini? Atau pernakah kamu berpikiran untuk mengakhiri hidup? Jika kamu pernah merasakan salah satu atau keduanya, kamu tidak sendiri. Aku pun pernah merasa demikian. Putus asa. Tak ada lagi orang yang sayang. Tak ada lagi tempat curhat. Dan berakhir dengan keinginan untuk mengakhiri hidup. Aku memahami perasaanmu. Jangan khawatir. Aku bisa bertahan hingga detik ini dan baik-baik saja. Kamu juga harus bisa!

Aku tinggal dengan orang tua, bersama suami, juga anakku yang masih berusia tiga belas bulan. Orang-orang yang bersamaku memang baik, tapi tanpa mereka sadari, mereka toxic. Mereka sangat menggangguku secara mental. Orang tua yang selalu menjadi tempatku bercerita, berkeluh kesah, berakhir sebagai orang yang aku hindari. Mereka memang mendengarkan setiap ceritaku, tapi tidak benar-benar memahamiku. Mereka memang memberi pendapat terhadap setiap masalah yang aku keluhkan, tapi tidak benar-benar ada di sampingku. Hanya pendengar yang menjudge sesuai pikiran mereka sendiri.

Suami bukanlah orang yang satu frekuensi denganku. Suami orang yang ekstrovert, suka berbicara, dan berpergian. Sementara aku orang yang introvert, suka baca buku, dan menghabiskan waktu di rumah. Aku dan suami memiliki prinsip yang bertolak belakang dalam hal apa pun, entah itu keuangan hingga parenting. Aku dan suami memiliki energi yang berbeda, itu sering membuatku merasa lelah. Bahkan terkadang, ada keinginan untuk berpisah jika perasaanku meledak seperti bom.

Sejujurnya aku tidak tahan dengan semua orang di sekitarku, baik itu orang tua dan suami. Ada titik di mana aku benar-benar putus asa. Ingin mengakhiri semua kehidupanku saat orang tua yang aku harapkan bisa menjadi tempat curhatku tiba-tiba berkata, “Namanya kehidupan ya gitu.” Lelah dengan kehidupan sudah pasti. Kecewa tidak dapat dipungkiri. Saat itulah keinginan untuk keluar dari zona toxic, entah itu melarikan diri dari rumah atau bunuh diri terpikirkan dalam otak. Namun, aku terselamatkan ketika berusaha mencari jalan keluar. Itulah kuncinya.

Saat kamu merasa kesepian, merasa tak ada lagi yang menyayangi kamu, merasa tak ada lagi tempat untuk curhat, merasa ingin pergi dari rumah, bahkan berniat bunuh diri, segeralah cari jalan keluar sebisa mungkin. Ada banyak cara untuk mencari jalan keluar dari depresi dan rasa frustasi yang mendera. Zaman era digital saat ini akan memudahkan kamu untuk mencari jalan keluar. Aku pun demikian menemukannya lewat Youtube.

Kesehatan mental itu penting, kamu harus sadari itu. Dengan memahami pentingnya kesehatan mental, kamu akan lebih menjaga kesehatan mentalmu. Karena ini ada hubungannya dengan cara pandang kamu ketika menghadapi masalah, menjalani kehidupan dengan produktif, dan pastinya akan berdampak pada kesehatan fisik. Kesehatan mental memang memiliki banyak pengaruhnya terhadap seluruh aspek kehidupan, untuk itulah kamu perlu awarness.

Sejujurnya, aku sedang mencari konselor untuk konsultasi pernikahan dan orang tua. Aku butuh meredam emosi, didengarkan keluh kesahku, dan dicarikan solusi atau jalan keluar untuk berbagai konflik batin yang kuhadapi. Namun, aku belum menemukan konselor yang cocok di beberapa aplikasi yang ditawarkan. Alhamdulillah, aku menemukan salah satu video Youtube untuk menghadapi orang-orang yang membuatku mengalami masalah kesehatan mental. Nah, bagaimana caraku mengatasi gangguan kesehatan mental. Baca terus, ya!

  • Cek Tingkat Depresi

Depresi salah satu gangguan mental yang cukup berat. Depresi sendiri memiliki tingkatannya, ada yang ringan, ada juga yang berat. Nah, cobalah untuk mengetahui tingkat depresi kamu saat ini. Ini penting banget loh, dengan mengetahui seberapa jauh kondisi mentalmu, akan membantumu mengetahui cara mengatasinya. Kamu tidak perlu pergi ke konselor, kamu bisa mengecek secara online.

Pada blog Dear Senja telah membahas 5 Rekomendasi Cek KondisiKesehatan Mental Online. Pada pembahasan tersebut, kamu bisa melakukan tes kesehatan secara gratis di berbagai situs tersedia. Ini sangat membantu, sejauh mana dampak lingkungan toxic di sekitar kamu terhadap kesehatan mentalmu. Jangan takut dan ragu, cek saja!

  • Diam

Diam bukan berarti tidak mencari jalan keluar. Maksudnya di sini adalah salah satu terapi untuk menghadapi lingkungan toxic agar kesehatan mentalmu tetap terjaga. Ketika kamu harus terus berhadapan dengan orang-orang toxic dan tidak bisa keluar. Aku pribadi menyikapinya dengan diam. Ya, diam untuk sementara waktu. Dengarkan saja dan lihat saja apa yang orang-orang di sekitar kamu itu lakukan. Entah itu ucapan, pikirannya, sikap, atau cara pandang mereka yang membuat kamu lelah, biarkan saja.

Kamu tidak perlu membahasnya atau curhat pada orang lain. Belum tentu orang lain dapat memahami apa yang kamu rasakan. Jadi, diamlah meski kamu jengkel, kesal, bahkan mungkin emosi. Aku pun melakukannya. Entah saat suami atau orang tuaku melakukan hal yang tak kusuka atau ucapan mereka menyakitiku, aku diam. Kesal sudah pasti, tapi jika terus diceritakan ke orang lain, rasa kecewa dan kesal itu pasti kian bergejolak. Ujung-ujungnya kepikiran terus dan sakit hati. Jadi, lebih baik diam sebentar dan mengatur napas sebanyak tiga kali agar perasaan lebih tenang.

  • Mendoakan

Setelah diam, aku akan mendoakan orang yang telah menyakitiku, siapa pun itu. Aku akan meminta pada Tuhan untuk memberinya hidayah dan petunjuk dengan caranya. Beginilah aku mendoakan orang-orang yang membuat kesehatan mentalku terganggu. “Tuhan, maafkanlah ia yang telah menyakitiku. Dia tidak tahu apa pun. Dia tidak mengerti apa pun. Berilah ia petunjuk sesuai caramu. Berilah ia hidayah, Tuhan, agar berada di jalan yang lurus. Amin.”

Sesimple itu, perasaanku jadi lebih baik. aku lebih mudah memaafkan orang-orang yang memberi energ dan pengaruh negatif padaku. Aku lebih mudah untuk melepas semuanya. Memasrahkan segalanya pada Tuhan dan membiarkan Tuhan yang berkehendak. Tuhanlah yang paling tahu jalan hidup seseorang.

  • Obati

Kamu sudah berusaha mengobati kesehatan mentalmu dengan berbagai cara, tapi kamu masih merasa terluka? Masih putus asa dan ingin mengakhiri hidup? Segeralah minta bantuan pada konselor. Dengan minta bantuan, kamu akan mendapatkan solusi. Ada banyak konsultasi secara online yang bisa dilakukan melalui aplikasi, WhatsApp, atau zoom. Mereka para konselor biasanya menyediakan berbagai worksheet untuk kamu bisa menemukan solusi. Kamu bisa mencobanya.

  • Up To Date

Setelah kamu sembuh atau kamu sudah bisa mengobati diri kamu sendiri, kamu bisa terus up to date tentang kesehatan mental. Salah satu website yang aku rekomendasikan untuk bahan bacaan tentang kesehatan mental adalah Dear Senja. Ada banyak artikel yang akan membantu kamu mengetahui seluk beluk kesehatan mental pada kolom Blog DearSenja. Kamu harus rajin up to date, dan memahami kesehatan mental. Kesehatan mental itu penting, karena ada banyak orang di dunia ini yang tidak memahami kesehatan mentalnya.

Itulah aku dengan cerita kesehatan mentalku yang tidak baik-baik saja. Saat ini aku baik-baik saja, meskipun harus terus menerus berhadapan dengan lingkungan toxic. Kuncinya adalah menyadari bahwa diri tidak baik-baik saja, akui hal itu dan segera bergerak mencari jalan keluar. Tidak masalah jika kamu belum bisa keluar dari lingkungan toxic seperti aku, yang penting kamu bisa mengobatinya. Ada banyak alasan kenapa orang tidak bisa keluar dari zona mengganggu tersebut, yang terpenting kamu tahu keadaan mentalmu dan bagaimana tetap melihara kesehatan mental. Aku baik-baik saja, kamu pun juga harus baik-baik saja!

Artikel ini diikutsertakan dalam #DearSenjaBlogCompetition! Semoga bermanfaat!

Posting Komentar untuk "Aku Baik-Baik Saja di Lingkungan Toxic, Kamu juga Harus Bisa!"