Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Aku Suka Keduanya, Menulis dan Berbicara di Depan Umum

 

Design by Canva

Menulis dan berbicara di depan umum adalah dua hal yang aku sukai. Tidak ada perbedaan untuk keduanya. Mungkin terdengar aneh untuk seorang introvert sepertiku bisa menyukai keduanya. Padahal kebanyakan introvert mungkin lebih suka menulis dari pada berbicara di depan umum. Namun, inilah kenyataannya. Aku menyukai keduanya.

Aku suka menulis sejak kelas V SD. Sering nulis, tapi juga sering hiatus karena orang tua ingin aku fokus dengan dunia pendidikan. Apalagi prinsip orang tuaku kalau nggak menghasilkan uang nggak usah dilanjut. Jadi, mau tidak mau aku fokus dengan dunia pendidikan. Bersyukur, setelah lulus kuliah aku bisa menulis meski harus diam-diam tanpa sepengetahuan orang tua. Aku kembali menemukan gairah hidup dengan menulis.

Menulis bukan hanya sekadar menulis, berbagi cerita, tapi juga bagian dari caraku berbagi hikmah dari setiap kisah yang kubagikan di dalamnya. Hampa rasanya jika tidak menulis. Bahkan rasa kecewa terbesarku adalah saat aku diminta berhenti menulis dan fokus menjadi ibu rumah tangga. Salah satu kesalahan terbesar yang mereka lakukan padaku, karena ketika aku tak lagi bisa menuangkan perasaanku dalam tulisan, aku ingin mengakhiri hidup saat masalah datang. Lagi-lagi aku harus backstreet dengan dunia kepenulisan.

Berbeda dengan menulis, tidak banyak yang tahu jika aku sering berbicara di depan umum ketika menjabat sebagai Wakil Ketua BEM. Aku mulai menemukan duniaku dalam dunia public speaking melalui jabatan yang dipercayakan padaku. Aku merasa bahagia dan memiliki pengaruh ketika berdiri di depan mahasiswa lain dan berbicara. Terdengar aneh, tapi itulah yang aku rasakan ketika berbicara di depan umum.

Sejujurnya aku paling suka mendapat perhatian dan pujian. Wajar bukan? Namanya manusia, pasti ingin mendapat pengakuan dari orang lain. Itulah sebabnya mengapa aku suka berbicara di depan umum. Aku memang tidak suka ngobrol atau berkumpul dengan banyak orang, tapi berbicara di depan umum adalah satu hal yang aku suka. Bagiku, ketika aku  berbicara di depan dan orang-orang melihatku, aku memiliki kontrol penuh. Aku bisa melakukan apa pun yang aku inginkan di depan umum dan memberikan pengaruh.

Perasaan Ketika Menulis dan Berbicara di Depan Umum

Design by Canva

Tidak bisa dipungkiri, perasaan menulis dan berbicara di depan umum tentu berbeda. Saat menulis ada perasaan yang mengalir mengikuti cerita yang dibuat. Ketika aku menulis kisah romance, aku akan merasa jatuh cinta. Ketika aku menulis kisah komedi, aku akan tertawa dengan sendirinya. Dan ketika aku menulis kisah patah hati, aku pun akan sedih bahkan menangis. itulah perasaan selama menulis.

Puncak perasaan dari menulis adalah saat tulisan yang aku tulis dibaca oleh orang lain. Sering kali pujian membuatku terbang melayang. Namun, aku tidak lupa jika pujian itu bisa berubah jika aku tidak mengasah kemampuan menulisku. Perasaan bahagia saat orang lain yang membaca tulisan ikut bahagia dan dapat mengambil hikmahnya. Perasaan sedih dan kecewa pasti ada kalau pembaca mengkritik tulisanku yang dianggapnya jelek, padahal udah nulis maksimal.

Nah, itu tadi perasaan nulis. Kalau perasaan berbicara di depan umum ini menurutku lebih menantang. Sebelum berhadapan dengan banyak orang, di belakang panggung sudah pasti ada perasaan khawatir, grogi, bahkan kadang tangan sampai gemeteran. Aku paling menghindari baca ulang naskah yang kupersiapkan sebelum berhadapan dengan orang banyak. Bagiku yang paling penting adalah menenangkan perasaan dan berpikiran positif.

Begitu berdiri di depan umum perasaan itu semakin campur aduk. Ada perasaan bahagia, deg-degan, dn grogi. Setelah berbicara dan melihat ekspresi orang yang melihat, itu adalah perasaan tak ternilai harganya. Perasaan bahagia saat tepuk tangan menggelora bahkan senyum mengembang di bibir mereka. Atau saat mereka yang melihatku tampak puas dengan apa yang kusampaikan.

Kekhawatiran Menulis dan Berbicara di Depan Umum

Masing-masing memiliki khawatiran. Dalam menulis sendiri aku punya kekhawatiran pada pembaca. Bukan tidak ada yang baca yang aku khawatirkan. Melainkan jika aku memberi pengaruh buruk pada pembaca lewat tulisanku. Itu sebabnya, untuk mengantisipasi kekhawatiran itu aku selalu riset dan mencari fakta. Sebisa mungkin semua tulisanku memiliki sumber dari buku atau media yang dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan.

Lain halnya menulis, kekhawatiran berbicara di depan umum adalah saat ada miss komunikasi. Apa yang ingin aku sampaikan tak dapat tersampaikan dengan baik. Atau yang lebih menghkawatirkan saat orang-orang tidak puas dengan materi yang kusampaikan. Itu sebabnya, saat menjabat sebagai Wakil Ketua BEM dan harus berbicara di depan mahasiswa dan dosen, aku selalu konsultasi materi yang kusampaikan dengan dosen pembimbing. Aku merindukan kenangan itu. Semoga dengan bergabung di Gandjel Rel (Komunitas Blogger Semarang), aku bisa kembali mengulang kenangan berbicara di depan umum. 😁

Harapan untuk Menulis dan Berbicara di Depan Umum

Puncak kepenulisan terakhirku saat mendapat bayaran $500 dalam dua bulan. Saat itu aku bisa melihat kedua orang tuaku tersenyum. Mereka tak percaya. Sempat mendukung, tapi redup lagi karena aku tak lagi menulis di platform yang membayarku menulis. Bukan karena aku tak mau menulis di platform tersebut, tapi ada banyak syarat dan ketentuan yang memberatkanku sebagai penulis, mengingat aku sudah memiliki tanggung jawab mengurus anak.

Dengan adanya blog dan platform menulis dari Indonesia yang lain, aku berharap skill menulisku semakin meningkat. Memiliki banyak pembaca yang dapat mengambil hikmah dari setiap tulisan yang kutulis. Memberi manfaat dunia dan akhirat untuk setiap pembaca. Dan tentunya mendapat penghasilan dengan nominal dua digit.

Sementara harapan berbicara di depan umum, aku berharap bisa aktif lagi dalam organisasi. Atau jika sangat mungkin, aku ingin membangun komunitas dan penerbitan sendiri. Dengan ini, aku bisa kembali ke panggung untuk berbicara di depan umum sebagai owner dan leader. Harapanku bisa bermanfaat untuk orang banyak. Berdaya untuk masyarakat sekitar. Dan tentunya bisa mengembangkan berbagai skill dalam diri sendiri.

Kesimpulan

Itulah dua hal yang aku suka tentang menulis dan berbicara di depan umum. Aku menyukai keduaanya dan memiliki pengalaman dalam bidang tersebut. Perasaan, kekhawatiran, dan tentunya harapan untuk menulis dan berbicara di depan umum bukan hanya sekadar tulisan belaka. Melainkan refleksi dan evaluasi diri terhadap kemampuan yang aku miliki. Selamat ulang tahun Gandjel Rel, doa terbaik untuk Komunitas Blogger Semarang. Apakah bisa mewujudkan mimpiku?

1 komentar untuk "Aku Suka Keduanya, Menulis dan Berbicara di Depan Umum"

  1. Iya seru banget ya kalau bisa kedua skill ini lebih mudah untuk sukses semangat yaa

    BalasHapus