Ibu, Aku juga Seorang Ibu
Adakah
di antara kamu yang diremehkan oleh ibu dalam memberikan pengasuhan pada anak?
Entah itu ibu kandung atau ibu mertua? Jangan berkecil hati, ya. Aku juga
merasakannya. Sakit memang, tapi kita harus hadapi. Tetap menjadi waras, open minded, dan selalu belajar.
Untuk
kamu yang habis melahirkan atau sedang membesarkan anak, mendapat berbagai
kritikan dari orang sekitar termasuk orang terdekat itu memang tidak mudah,
tapi percayalah ada hikmah yang bisa diambil agar anak cucu tidak merasakan apa
yang kita rasakan.
Pasca
Bersalin
Saya
pikir setelah pulang dari rumah sakit, akan istirahat dan tidur dengan nyaman.
Nyatanya tidak. Saya kedatangan ibu mertua yang pada akhirnya mengkritik karena
tidak segera memberi susu formula pada bayi karena ASI belum keluar.
Saya
dikritik habis-habisan. Ibu saya yang sebelumnya sepakat dengan saya tidak akan
memberi susu formula sampai tiga hari ikut mengkritik. Tidak ada yag membela
saya termasuk suami. Akhirnya bayi saya yang baru berusia 22 jam diberikan susu
formula tanpa persetujuan saya. Kecewa sudah pasti. Kesal rasanya menghadapi
orang rumah yang tidak mengerti keadaan saya.
Mertua
saya juga memberi saran-saran yang tidak masuk akal. Saya diminta tidur
setengah duduk dengan alasan agar mata tidak rabun. Masalahnya setelah
melahirkan saya cidera bagian tulang ekor. Sakitnya luar biasa kalau harus
duduk apalagi tidur setengah duduk. Ibu saya bukannya mendengarkan saya, malah
ikut-ikutan.
Lebih
parahnya lagi. Ibu bilang pada saya, “Nggak usah percaya sama dokter atau bidan.
Mereka itu Cuma ngerjain tugas, nggak tahu apa-apa.” Sakit rasanya mendengar
ucapan ibu. Saya kan lulusan kebidanan, bagaimana bisa ibu bilang begitu?
Selama
Masa Nifas
Tak
hanya setelah bersalin, selama masa nifas saya merasakan tekanan batin yang luar
biasa. Apa pun keputusan saya untuk bayi dikritik. Saat saya tidak menyetujui
penggunaan bedong, saya malah disalahkan karena akan membuat kaki bayi tidak
lurus. Akhirnya setiap selesai mandi,
bayi saya di bedong.
Saya
juga tidak menyetujui penggunaan gurita. Malah disalahkan lagi karena akan
membuat badan bayi melar ketika tumbuh. Akhirnya saya yang tidak membeli
gurita, dibelikan gurita untuk dipakai bayi saya.
Tidak
sampai di situ, selama nifas saya hamper setiap hari bertengkar dengan ibu
hanya karena saya yang tidak menurut. Padahal sudah saya jelaskan kalau semua
itu mitos, tidak ada kebenarannya. Saya malah diceramahi berhari-hari. Katanya,
“Orang Jawa ojo lali Jawane.”
Saya
merasa sakit hati, kecewa, kesal. Hari-hari saya habiskan dengan menangis
karena taka da seorang pun yang memahami saya. Saat itu keinginan saya hanya
satu, ingin keluar rumah atau punya rumah sendiri. Asal saya bisa tenang dan
tidak diganggu. Karena bukan hanya ibu dan mertua saya yang mengkritik,
tetangga banyak memberi saran nyeleneh.
Selama
Menstimulasi Bayi
Saat
saya menstimulasi bayi untuk bisa tengkurap, saya pun dikritik oleh mertua.
Bayi nggak usah ditengkurapin, katanya bisa buat ususnya ngambang. Kan makin
aneh kritikannya. Saya tak habis pikir dengan mertua saya yang kolot ini.
Alhasil,
suami saya ikut-ikutan. Bukannya mendukung saya menstimulasi bayi, malah ikut
menyarankan saya seperti ibunya. Kecewa pasti. Suami yang diharapkan selalu
mendukung istri malah berpikiran sempit.
Pesan
untuk Ibu
Ibu,
aku tahu engkau lebih dulu melahirkan dan membesarkanku. Aku tahu engkau telah
lebih dulu memiliki banyak pengalaman dalam mengasuh anak. Namun, aku juga
seorang ibu yang baru saja melahirkan anakku.
Dunia
kita jelas berbeda. Dunia ibu masih dipenuhi dengan mitos. Sementara duniaku
sudah berkembang dengan ilmu dan pengetahuan ilmiah. Ada banyak perubahan yang
mungkin tidak ibu ketahui. Jadi, biarkan aku mengasuh dan mendidik anakku
dengan caraku. Aku tahu yang terbaik untuk anakku. Sama seperti halnya ibu yang
ingin terbaik untuk anak dan cucu, aku pun demikian.
Kesimpulan
Kritikan
dari orang terdekat dan sekitar bukan menjadi halangan untuk kita mengasuh
anak. Tetap waras meskipun di sekitar kita penuh dengan kritikan. Jangan
jadikan kritikan sebagai bahan untuk kita menyerah. Tetaplah memberi pengasuhan
pada anak sebaik dan semaksimal mungkin. Jika bukan kita yang memutus rantai,
siapa lagi? Kita punya kesempatan untuk mendidik anak sendiri setiap ada celah.
Teruslah beri pemahaman pada mereka yang minim pengetahuan.
Posting Komentar untuk "Ibu, Aku juga Seorang Ibu"